Sabtu, 29 Oktober 2011

AKU MERINDUKAN SERULING DAUD

Aku merindukan suara seruling ajaib yg kemerduan dan keindahan nadanya yg menakjubkan itu hanya terdengar lewat kisah dari satu pengisah kepada pengisah lain, yg hanya terdengar dalam dugaan-dugaan langka di tengah keramaian nada-nada apa saja dan kata dan suara-suara makhluk dan bunyi yg terbanting pada waktu pada ruang. Aku merindukan nada ajaib seruling itu,yg dg khidmat ditiupkan oleh Daud yg agung,utusan Tuhan. Sehingga waktu dan ruang,seluruh makhluk udara dan darat, tumbuhan dan makhluk air dan hembusan angin dan aliran air, semua terhenti sejenak dari geraknya, memberi jeda yg khidmat dan dalam untuk sebuah nada yg membawa kepada Tuhan. Tapi, ke mana hati hendak mencari? Aku ingin meminjam seruling ajaib itu kepada Paduka Daud untuk kutiupkan di tengah lalu lintas yg panas dan macet, atau di antara kata dan segala tiruan tanpa makna. Paduka tentu mengenal duka, menghayati derita dan kenal baik dengan pencipta, sehingga seruling ajaib Paduka mengerti nada terdalam dalam hati manusia.

Muncar, 2011
Taufiq Wr. Hidayat