Selasa, 01 Maret 2011

MALAM PUN MALAM



















Malam, masih saja. Orang-orang menyalakan lampu-lampu. Menangisi kesendirian, mengimani ketakpastian. Belum hujan. Di bibir jendela rumah, sepasang mata menengok jalanan. Belum hujan. Jari-jari waktu mengelus bayang-bayang ruang. Kemana akan Tuan bawa kopor tua, surat-surat perjalanan, dan keinginan-keinginan yang tanpa persinggahan? Langit jiwa, gunung kehendak, sungai usia. Lautan kebosanan mendebur di permukiman-permukiman padat. Kecemasan bersekutu dengan udara, berputar-putar dalam kegalauan kehidupan. Tuan melepaskan sepatu, meninggalkan parfum di ketiak lelah. Kamar-kamar purba, lampu-lampu berdebu, dan pertanyaan yang kandas di dinding malam hari. Tuan masih di situ, menjilat daging dan membayar tagihan keriangan. Malam. Belum hujan. Sepasang alas kaki sederhana dilepaskan di tikungan itu, dan dengan kelelahan kuciumi harumnya penderitaan. Waktu yang melulu. Segala paruh, pun lepuh.

Taufiq Wr. Hidayat
Banyuwangi, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar