Orang2 mengantri bahan bakar di pom bensin. Petugas pom itu mengenakan sepatu yg nampak kekecilan, seragam oranye yg sesak.Tidak ada musik.Pom menyediakan minyak dari Pertamina seperti pabrik alkohol menyediakan berbotol-botol bir bagi para peminum.Tiba2 sedih jadi menarik hati,bagai kebosanan yg tak berhenti menanti. Bensin lima ribu rupiah,sepeda motor meminum satu liter lebih. Antrian makin panjang,seperti musim kemarau. Harum bensin merayap pada tubuh2 wanita bagaikan parfum orang kaya. Tubuh2 gembur, dan daging segar yg dipanaskan matahari.Kita pun tak bersuara, politik menjual kata2 dari mulut para pelupa.
Taufiq Wr. Hidayat,
Banyuwangi, 2010.
Sabtu, 31 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar