Istriku, Muzayana
telah kukembalikan lokomotif tua ke rel itu.
telah kupulangkan pula, kicau burung dan jejak gerimis
pada rumahnya.
tapi, hujan tak menuntaskan wajahmu
yang berkaca di mata jendela
Muncar, 2010
Istriku, Muzayana
yang termangu di lebam waktu
Betapa biru betapa deru
mengerlip malam,
seperti pulang pada kenangan.
pelan-pelan saja, sayangku.
seperti biru yang tak berkeluh
dan dengan airmata yang dahaga,
kita mencium gelora dari segala derita
Banyuwangi, 2010
Taufiq Wr. Hidayat
Sabtu, 24 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar