Mencintaimu, istriku.
Bulan-bulan lepas dari dadaku.
Musim penantian tak mengulum kesepian.
Ladang-ladang, telaga rindu, dan awan yang tenang melintasi jembatan.
Istriku,
Hujan menyiram petang.
Lampu-lampu pun temaram.
Dan kita duduk di situ,
Menceritakan tentang sepatu kecil anak kita.
Merumuskan bayangan gerimis yang melintas di balik cemas.
Istriku,
Puisi-puisi terbit dari warna kulitmu.
Dan aku pulang ke dalam hatimu.
Mengupas apel dan meramu rindu yang melampaui waktu.
Baiklah.
Istriku.
Baiklah selalu.
Banyuwangi, 2010
Taufiq Wr. Hidayat
Minggu, 24 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar