Rabu, 17 November 2010

Sampah Pemerintah (Cerita Sudangu)


Cerita: Taufiq Wr. Hidayat

SUDANGU tinggal di rumah biasa pada komplek perumahan di pinggir kota.Di teras rumahnya ketika malam,Sudangu duduk bersama kopi jahe dan keretek murah.Untuk mengisi malam,setelah seharian memetik biji-biji kopi dari pohonnya di desa Glagah,Sudangu bercerita, cerita-ceritanya disimak oleh istri dan anaknya yang masih 9 tahun. Cerita-cerita Sudangu tiap malam tidak terlalu istimewa,tapi istri dan anaknya cukup tenang mendengarnya.Cerita-cerita Sudangu kadang mengenai biji kopi dan para buruhnya.Sudangu adalah buruh pemetik biji kopi.Banyak tema dalam cerita-cerita Sudangu.Malam itu,Sudangu bercerita mengenai sampah.Sudangu bercerita tentang sebuah rumah keluarga sederhana yang diteror sampah.Sampai-sampai teror sampah itu menjadi mimpi Sadham yang mengerikan,kepala keluarga sederhana itu,kisah Sudangu.Istri dan anaknya mendengar cerita Sudangu dengan tenang dan anteng.

Sampah jahat itu,begitu cerita Sudangu,bermula dari kesewenangan Pemerintah Kota yang membuang sampah rumah tangga di atas sebidang tanah yang berada di antara rumah-rumah,dan sebidang tanah kosong yang dijadikan pembuangan sampah sementara oleh pihak Pemkot berjarak hanya 3 meter dari rumah keluarga sederhana itu.Keluarga sederhana yang terkena teror sampah menurut Sudangu itu,terdiri dari seorang kepala keluarga 67 tahun,Pak Sadham,istrinya 60 tahun,Winda,anak perempuan 24 tahun,Sisri,suami anak perempuan 27 tahun,Siswanto, cucu laki-laki 11 tahun,Sumirtano. Menurut Sudangu,Sadham adalah pendatang di situ.Lebih 20 tahun yang lalu,Sadham datang ke kota,ia merantau,tanpa rumah dan keluarga,tidur di teras gedung kesenian di kota itu.Sadham adalah seniman.Dengan ketekunan Sadham,ia memperoleh uang dari kerja keseniannya selama bertahun.Uang-uang itu ditabung oleh istri Sadham,sehingga terkumpullah sejumlah uang untuk membeli rumah tanah.

Bila pagi,bau busuk sampah yang menyengat masuk dalam rumah Sadham,menguasai ruangan,menempel pada baju-baju,korden, sprei,makan pagi.Pohon jambu di belakang rumah Sadham dikerubung lalat hijau.Lalat-lalat itu sebagian bermain-main di dalam rumah Sadham.Anggota keluarga sering muntah-muntah. Sumirtano,cucu Sadham muntah-muntah,ia sakit,masuk rumah sakit seminggu.Sadham yang paling menderita,darah tingginya kambuh.Istri Sadham batuk-batuk,dadanya seperti ditarik-tarik.Sadham sudah mengirimkan surat protes kepada pemerintah setempat berkali-kali,tapi sama sekali tidak digubris.Itulah Sadham marah,darahnya naik,lalu masuklah Sadham ke ruang rumah sakit.Menurut Sudangu,Sadham tidak sedang menunggu siapa pun di rumah sakit,Sadham hanya sakit dan akan sembuh lalu pulang.

Mi busuk,sisa daging sapi yang dipenuhi ulat-ulat kecil,nasi goreng yang membusuk karena terkena air hujan,plastik, kemasan-kemasan penyedap makanan yang sudah kotor. Sampah-sampah itu menggunung.Sisa makanan anjing dan kotoran anjing membusuk, tulang-tulang ikan,nasi bau yang sudah menguning.Hujan turun.Sebagian sampah meleleh.Angin mengusung bau yang sangat celaka, mengancam kesehatan.

Di ranjang rumah sakit, Sadham terbaring ditunggui istri, anak, menantu dan cucunya. Biaya rumah sakit tidak sedikit. Sadham akan sembuh lalu pulang, Sadham tidak sedang menunggu siapa pun di rumah sakit. Sadham hanya sakit, akan sembuh, akan pulang. Sadham tertidur. Ia bermimpi sampah celaka di belakang rumahnya. Sampah yang menjadi penyebab kemarahan Sadham sehingga darahnya naik ke angka yang menakutkan. Sadham bermimpi berjalan di atas tumpukan sampah yang menggunung, becek, dan membusuk. Sadham bagaikan menaiki gunung.Di puncak tumpukan sampah itu,Sadham menuding-nuding ke bawah,ia memaki-maki. Kaki Sadham dirambati ulat-ulat. Sadham memaki terus memaki.Sadham marah.

Suster memeriksa Sadham.Sadham dalam keadaan masih tertidur. Darahnya naik pada angka yang menakutkan. Suster menyuntikkan cairan obat ke dalam selang infus.Sadham tidak bergerak,ia tidur lelap.Tapi, jantungnya mendetak cepat mengerikan.Istri Sadham panik.

"Dia mungkin bermimpi yang menyebabkan marahnya, Suster," kata istri Sadham.

"Ibu tenang saja,biarkan kami menangani bapak," jawab suster.

"Tapi,suami saya kritis,Suster. Dia harus dibangunkan, mungkin dia bermimpi.Dia harus dibangunkan." Istri Sadham panik.

Layar petunjuk yang mengontrol kondisi Sadham menunjukkan tekanan darah Sadham makin menakutkan, jantungnya tidak stabil.Dan dalam mimpinya,Sadham melemparkan kaleng bekas dari atas puncak tumpukan sampah di belakang rumahnya.Kaki Sadham dikerubung lalat dan ulat.Rambut Sadham yang telah beruban dihinggapi lalat hijau. Dan tekanan darah Sadham semakin berbahaya.

Sudangu menyalakan rokoknya. "Selesai," kata Sudangu menutup ceritanya.

"Bagaimana nasib Sadham, Pak?" tanya anaknya.

"Ya, bagaimana," tanya istrinya.

"Nasib Sadham tentu berada di tangan Tuhan. Dia yang Maha Berhak atas nasib manusia," jawab Sudangu.

Istri Sudangu diam. Anaknya diam.Keduanya tengah berpikir.Sudangu menikmati rokoknya.Malam pun larut.

Muncar, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar