Rabu, 04 Agustus 2010

Antara Muncar dan Banyuwangi
Oleh: Taufiq Wr. Hidayat


Perjalanan antara Muncar-Banyuwangi atau Banyuwangi-Muncar yang hampir tiap hari saya lalui, saya melewati tiap-tiap desa, mulai dusun kecil-kecil yang dibentangi aliran sungai dengan air yang melimpah dan sawah-sawah, sampai pasar Rogojampi yang selalu ramai. Sepanjang jalan ini saja (Banyuwangi-Muncar), sudah terasa sekali betapa kuat dan potensialnya Banyuwangi. Dinamika dan watak sosial rakyat tidak terpisah dari air serta pusat perdagangan kecil-kecil yang sirkulatif dan ramai. Hampir di tiap desa saya menemui toko baju atau pasar kecil yang tak pernah sepi. Pemimpin formal atau calon pemimpin formal kita, harus melihat kenyataan ini dengan daya pikir yang visioner untuk memanfaatkan dan memeratakan potensi tersebut. Rakyat Banyuwangi sudah kuat dan tidak perlu slogan untuk “ditolong”. Jika hal ini tidak tertangkap dengan cerdas serta tidak disiapkan kerangka pemberdayaannya, maka sistem pemerintahan yang berjalan tidak akan mampu menyeluruhkan diri untuk memeratakan hasil-hasil mata pencaharian rakyat dan aktivitas perdagangan seperti di pasar Rogojampi, misalnya, yang terlokalisir namun mampu menyedot barang-barang bahkan dari pusat-pusat perdagangan kapital di kota yang sombong dan angkuh. Sehingga kemudian pengangguran, orang gila, pengemis, anak-anak pengamen di lampu-lampu merah atau di dalam bis tidak turut ambil bagian dari kenyataan potensial alam dan kuatnya dinamika sosial-budaya rakyat yang majemuk dan menyatu dengan ruang daerahnya. Lalu, bisakah kita menyadarinya?

2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar