Sabtu, 07 Agustus 2010

MUTIARA (Pengetahuan)

Walaupun masih ada usaha pencarian mutiara dari alam, namun kebanyakan mutiara yang berada di pasaran saat ini adalah hasil rekayasa manusia. Rekayasa ini ditemukan oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an. Sehingga tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan tetap menggunakan teknisinya. Walaupun demikian, Indonesia sebagai areal potensial budidaya bagi hampir semua jenis kerang mutiara telah menjadi salah satu negara penghasil mutiara utama dunia bersama Jepang, China dan Australia.

Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation, yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ mantel ini diambil oleh individu kerang mutiara yang lain dan berperan sebagai donor. Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel ini ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada dinding gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan nantinya akan memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama halnya dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang lainnya. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara. Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.

Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.

Proses pembuatan mutiara Secara alami

Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth Strack (secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara. Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.

Mutiara hasil budidaya

Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil. Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya. Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini memudahkan kegiatan pegging karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan maka peg akan melukai mantel kerang.

Mutiara hasil budidaya menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel atau disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat pada bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang teknisi akan membunuh kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya. Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang. Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3 mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo. Ukuran Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan se dalam-dalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo. Lembar saibo ini ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian ectoderm (yang berisi epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila terbalik maka kemungkinan terbentuk mutiara bulat sangat kecil. Setelah itu kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan akhirnya dikembalikan ke laut. Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan mutiara. Pada prinsipnya, dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak akan ”menendang” keluar inti yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara bulat yang berkualitas baik. Proses pemilihan kerang untuk penerima/penghasil mutiara juga mempertimbangkan umur kerang dan masa reproduksinya. Bila kerang dalam masa reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga dianggap tak cocok untuk disisipkan inti. Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan nanti.

Mutiara atau pearl. Benda kecil nan indah. Karena keindahannya, mutiara dijadikan sebagai perhiasan, terutama perhiasan wanita. Dengan berhiaskan mutiara, seorang wanita akan nampak lebih anggun. Pesonapun muncul dari wajahnya dan menjadi pusat perhatian. Tak hanya pria, wanita lain juga turut mengaguminya. Mutiara memang sangat dekat dengan kehidupan wanita. Tak heran bila setiap wanita di dunia selalu mendambakannya.

Karena keindahannya pula, mutiara menjadi sebuah kata yang sakral dalam mengungkapkan perasaan tulus seorang pria kepada wanita pujaannya. Dengan ungkapan Kau Bagaikan Mutiara sudah cukup bagi wanita untuk mengetahui sedalam apa cinta pria itu. Cinta itu anugrah. Siapapun berhak memilikinya. Siapapun berhak memberi-nya. Siapapun berhak menerimanya. Manusia lahir dari cinta.

Jaman dulu, mutiara hanya dipakai oleh ratu dan putri raja. Rakyat jelata tidak boleh memakainya. Karena benda itu hanya boleh dimiliki oleh keluarga raja saja. Siapa yang menemukan mutiara harus diserahkan ke istana. Raja yang bijak akan memberikan imbalan yang sangat besar dengan uang emas dan diakuninya sebagai keluarga istana. Rakyat mana yang tidak tertarika kala itu.

Selain dipakai sebagai perhiasan ratu dan putri, mutiara juga dipakai sebagai permata pada mahkota raja, terutama Raja Inggeris, Prancis dan Raja India. Karena benda itu sangat diagungkan dan mahkota merupakan lambang kekuasaan. Raja mana yang tak bermahkota. Saat ini juga permata masih digunakan sebagai permata pada lambang kekuasaan itu.

Selain indah, mutiara juga termasuk barang langka. Langka selain karena jarang diperlihatkan dimuka umum, juga tidak tahu siapa saja pemiliknya. Yang pasti hanya segelintir orang saja. Kalaupun ada orang yang memiliki, tak mungkin harus terus terang pada orang lain. Karena semua itu akan membuat hidupnya tidak nyaman. Tak heran bila harga benda ini sangat mahal. Tidak semua orang bisa membelinya.

Muncul pertanyaan. Kenapa mutiara itu sangat indah. Darimanakah asalnya dan dimana bisa ditemukan. Lalu, bagaimanakah cara memperoleh benda itu. Susah atau mudahkah. Pertanyaan lain juga muncul. Kenapa benda sekecil itu sangat mahal harganya. Siapakah yang menciptakan benda indah itu. Dan Bagaimanakah benda kecil dan padat itu bisa tercipta.

Mutiara memang sangat indah. Indah bukan hanya karena bentuknya. Lebih dari itu. Indah karena dari benda terpancar beragam warna sinar yang menyilaukan. Mutiara bisa diibaratkan seperti sebuah benda yang memiliki puluhan sumber cahaya dan cahaya itu akan memancar dengan sendirinya tatkala sebuah sinar lain menimpanya. Pancaran itu melahirkan sebuah pemandangan yang sangat unik. Keunikan yang tidak ditemukan pada benda lain.

Selain indah, mutiara juga termasuk benda langka, tidak seperti emas dan perhiasan lainnya. Mutiara tak bisa ditemukan di sembarang tempat. Mutiara hanya bisa ditemukan di tempat-tempat tertentu yang jauh dari kehidupan manusia. Bukan di darat ataupun dalam perut bumi, tapi di laut yang luas. Bukan di pantai atau tempat yang dangkal, tapi di laut yang dalam.

Untuk mendapatkan sebutir mutiara tidak mudah. Perlu keahlian khusus dan berisiko tinggi. Karena laut memang bukan tempat hidup manusia. Laut adalah tempat hidup ikan, dan binatang air lainnya. Alat pernapasan manusia dan ikan berbeda. Manusia bernapas dengan paru-paru, sedangkan ikan bernapas dengan insang. Manusia tak bisa hidup dalam air, karena paru-paru manusia tak bisa digunakan untuk bernapas dalam air. Kalaupun bisa hanya beberapa saat saja, paling lama satu jam.

Hanya orang yang pandai menyelam yang bisa mendapatkannya. Itupun perlu dibantu dengan alat lain agar bisa tahan lama menyelam dalam air. Selain itu, mereka harus berhadapan dengan ganasnya gelombang yang sewaktu-waktu bisa menghempaskannya dan juga ancaman dari binatang-binatang buas, seperti ikan hiu yang selalu mengincarnya. Tak jarang pencari mutiara yang menjadi korban. Belum lagi pengaruh buruk akibat sering menyelam dalam laut yang akan dirasakan nanti pada masa tua. Sungguh suatu risiko yang tak diinginkan semua orang.

Dengan keahliannya, para pencari mutiara akan menyelam dalam air laut dengan waktu yang cukup lama dan dengan kedalaman tertentu. Mereka akan menangkap hewan yang telah berjasa membuat benda yang dicarinya. Bila sudah menemukan, mereka akan membawa hewan itu ke dalam kapal atau ke tempat aman, lalu memeriksa satu persatu. Namun ternyata tidak semua hewan yang telah ditangkapnya menyimpan mutiara. Kadang mereka pulang dengan tangan hampa.

Lalu, hewan apa yang telah berjasa membuat benda yang indah dan mahal itu. Ternyata, bukan ikan paus yang bertubuh bongsor, bukan pula ikan hiu yang sangat buas dan sombong. Tapi dia hanya binatang kecil yang lemah dan tak pandai berenang. Dia hanya bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan kakinya yang pendek dan sekali-kali muncul. Itulah tiram atau kerang. Hewan yang bisa dibilang unik, karena seluruh tubuhnya terbungkus oleh cangkang yang sangat keras.

Lalu, bagaimana pula mutiara itu bisa tercipta. Ini sebuah cerita. Jaman dulu, ada sekelompok putri kayangan yang turun ke bumi. Mereka sedang bermain di tepi pantai, bercengkrama dengan melempakan batu dan pasir ke tubuh yang lain. Celaka, mata salah satu diantara mereka terkena pasir. Putri itu menangis dan air matanya mengalir dengan deras. Bersamaan dengan itu, ada beberapa buah batu yang masuk ke tubuh kerang dan batu itu terkena tetesan air mata putri yang sedang menagis. Seketika batu itu berubah menjadi mutiara. Raja segera mengambil mutiara itu dan menyimpannya sebagai benda yang paling berharga di kerajaannya.

Tapi. itu hanya sebuah dongeng belaka. Kejadian yang sebenarnya tidak seperti dalam cerita itu. Karena sebuah mutiara tercipta melalui proses alam yang sangat unik dan memakan waktu yang cukup lama. Bermula dari sebuah benda yang masuk ke dalam tubuh kerang. Bisa berupa batu, pasir atau hewan lain, seperti cacing. Kerang menolak, namun tubuhnya tak bisa mengeluarkan benda asing itu. Akhirnya benda asing itu terbungkus oleh zat-zat yang keluar dari tubuhnya dan semakin lama semakin membesar, hingga tercipta sebuah benda padat yang berkilauan. Itulah mutiara.

Demikian beberapa alasan kenapa mutiara termasuk benda langka. Benda yang langka sudah pasti harganya sangat mahal. Hanya orang kaya yang mampu membelinya. Sedangkan orang yang tak berkantong tebal mana mungkin bisa membelinya. Mungkin mereka hanya bisa mendengarnya saja. Beruntung sekali bagi mereka yang pernah melihatnya. Tapi jangan harap bisa memiliki apalagi untuk memakainya.

Di dunia ada tiga buah jenis mutiara, yatu mutiara asli dan mutiara tiruan (imitasi). Pengolongan itu didasarkan pada asal dan proses terjadinya benda itu. Kedua jenis mutiara itu bisa dibedakan dari keadaannya, yakni berat, diameter, struktur dan ketahanan. Namun untuk membedakan mana yang asli dan mana yang tiruan itu tidak mudah. Hanya orang-orang yang tahu persis yang bisa melakukannya.

Mutiara asli adalah mutiara yang berasal alam. Benda itu terbentuk akibat adanya proses yang terjadi dalam tubuh hewan. Proses itu tak mungkin bisa dilakukan oleh manusia. Karena prosesnya tak semudah membalikan tangan. Proses pelapisan mutiara terjadi secara bertahap dan sangat unik. Selain itu, proses ini membutuhkan waktu berbulan-bulan. Mutiara asli terbagi lagi menjadi dua golongan, yaitu mutiara alam dan mutiara kultur.

Mutiara tiruan adalah mutiara yang bukan berasal dari alam. Benda itu terbentuk bukan dari proses yang terjadi dalam tubuh hewan. Mutiara tiruan adalah mutiara yang sengaja dibuat oleh manusia. Proses pembuatan tidak sesulit proses yang terjadi di alam dan tidak membutuhkan waktu berbulan-bulan. Pembuatan mutiara tiruan dipelopori oleh seorang yang berkebangsaan Prancis yang bernama Jaquin pada tahun 1656.

Mutiara asli hanya memiliki berat maksimal satu grain saja, sedangkan mutiara tiruan bisa memiliki berat lebih dari itu. Mutiara asli berdiameter kurang dari 20 mm, sedangkan mutiara tiruan bisa lebih dari itu. Mutiara asli memiliki struktur kristal sangat padat dan rapat, sehingga bisa memancar cahaya lebih banyak dan tidak tembus cahaya, sedangkan mutiara tiruan berstruk kristal tipis dan pancaran cahayanya hanya sedikit dan tembus cahaya. Mutiara asli sangat tahan terhadap panas, amoniak, sodium hydroxide dan tahan lama serta tidak mudah pecah, sedangkan mutiara tiruan adalah sebaliknya. Mutiara asli tidak mudah terkelupas.

Mutiara asli banyak bentuknya. Bentuk mutiara itu tergantung dari benda yang masuk ke dalam tubuh kerang. Bentuk mutiara itu diantaranya paragon (besar dan bagus), round (bulat), button (bagian atas cekung dan bagian bawah cembung), egg shaped (seperti telur), semispherical (setengah lingkaran), barocue (bentuk tak menentu), water round (titik air jatuh) dan masih banyak bentuk lainnya. (dari berbagai sumber)

Umumnya mutiara terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mutiara alami dan hasil budidaya. Dalam proses pembentukan mutiara diperlukan zat pengganggu seperti misalnya suatu potongan jaringan/tisu yang dimasukkan ke dalam kerang-kerangan seperti oyster/mollusk. Sebagai upaya perlindungan, secara otomatis kerang-kerangan tersebut akan melapisi zat pengganggu yang masuk tersebut dengan lapisan nacre yang pada akhirnya akan menghasilkan mutiara. Untuk menghasilkan mutiara budidaya, zat pengganggu yang dimaksud secara sengaja dimasukkan ke dalam kerang-kerangan melalui proses pembedahan.

Mutiara alami saat ini sudah mulai jarang ditemukan sehingga harganya sangat mahal. Jenis yang sering diperdagangkan adalah mutiara hasil budidaya seperti mutiara Akoya, mutiara Tahiti, South Sea Pearl dan mutiara air tawar yang banyak terdapat di Jepang dan Cina.

Selain mutiara hasil budidaya, saat ini banyak dijumpai mutiara imitasi yang benar-benar merupakan hasil buatan tangan manusia yang dibuat dari keramik, kulit/kerang, gelas/kaca atau bahkan plastik. Mutiara imitasi bukan termasuk jenis mutiara, tetapi karena teknik pembuatan pabrikasi saat ini sudah begitu maju, sehingga kadang terlihat sempurna seperti mutiara asli. Salah satu cara termudah untuk membedakan mutiara imitasi dengan mutiara asli adalah dengan menggesekkan mutiara tersebut ke ujung gigi. Apabila terasa lembut, maka dipastikan itu adalah mutiara imitasi. Sementara apabila ketika digesekkan terasa berpasir, bahkan kadang terasa ngilu, maka itulah mutiara asli karena berkaitan dengan keberadaan lapisan nacre.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar