01
Perjalanan waktu tak tertahan. Menyemai serbuk racun pada ruang. Hutan lindung yang agung, sebentar lagi akan menjadi bubuk kopi di gelasmu pagi hari. Transportasi emas sudah siap. “Gali! Gali!" bisik bupati. Kepalanya mengeluarkan asap belerang, mulutnya dipenuhi garam, sianida dan mercuri.
02
Perjalanan kita, bagian dari kehidupan itu, bukan lagi yang itu, tapi telah menjadi keharusan penerimaan kehidupan. Mari bertamasya pada danau kesadaran. Mungkin di luar susah kering, daun akasia gugur waktu. Para penambang hendak merusak bukit kita. Kita jangan diam, atau mati dalam kemusnahan. Mari merayakan pembelaan, sebab hidup adalah sebutir kerikil yang mencemplung di dasar segelas kopi, tenggelam, tenang dan angkuh.
03
Malam. Begitu rebah. Setelah segala awal adalah kenisbian. Kita mendengkur pada malam. Kemudian bangun dini hari, membangun sebentuk sungai di muka jendela. Masih saja, canda cabul dan kata yang tak termaknai. Masih saja kita membudakkan diri, mengurai kenyataan menjadi lobang sampah. Malam. Begitu rebah. Pelan. Sunyi lecet dalam kelam
04
Bunyi yang ramai, ayam jantan, detak jam, gelas yang diletakkan secara agak keras. Harum kopi dan asap rokok. Ada sebentuk kecemasan hari yang menggelung di saku baju tiap baju yang ada sakunya. Bom meledak lagi. Lalu kalian memainkan bola di atas udara.
Taufiq Wr. Hidayat
2010
Sabtu, 07 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar