Minggu, 08 Agustus 2010

Satiran

Cerita: Taufiq Wr. Hidayat

Satiran memelihara ayam kate dan kelinci. Rumahnya sederhana, dindingnya bercat biru, ditempeli foto-foto perkawinan, di ruang tamunya terdapat bufet yang di dalamnya penuh dengan gelas-gelas kosong, toples, dan panci-panci di atas bufet ke...cil yang berdebu. Satiran hanya makelar kambing, dia menjualkan kambing-kambing Suraji van Houten di Singotrunan ke warung-warung sate terdekat, dari situ dia memperoleh laba, kadang Suraji memberi Satiran sekadar 25 sampai 50 ribu rupiah.

Dari penjualan kambing-kambing Suraji itu, Suraji tahu kalau Satiran mendapat laba, kadang kalau beruntung, Satiran memperoleh laba sampai 100 ribu. Tapi, Suraji tetap memberi Satiran uang 25 sampai 50 ribu rupiah dan itu kadang-kadang, tidak sering. Suraji juga tahu kalau Satiran adalah seorang 'togel mania'. Suraji tidak menyoalnya. Tiap detik dalam kehidupan Satiran tidak pernah lepas dari angka-angka itu.

"Hari ini nomornya kambing merah, Ran," kata Suraji, "aku yakin. Sangat yakin," tambah Suraji.

"Jangan terlalu yakin dan berharap pada angka kambing merah hari ini. Tidak ada angka yang mutlak! Jangan mengagung-agungkan apalagi meluhurkan angka yang berwajah anjing!" jawab Satiran dengan logat Usingannya yang basah mengental.

***

‎"Benar-benar sudah wajah anjing," ujar Satiran kepada Sandog.

"Masak? Kan sudah saya ceritakan bahwa saya mimpi setan pakai sandal, itu berarti 0102, 01 setan, 02 sandal. Malah dia kasih 0302, 03 itu mayat! Kopok nawi wes! Kok dia gak tahu?...! Dukun babi bener! Angka gak bagus kok diagung-agungkan. Dasar wajah celeng!" Satiran marah-marah.

Sandog diam. Dia merasa bersalah kepada kawannya, Satiran, karena dialah yang mengenalkan Satiran pada dukun togel itu, Kikkartoz yang tinggal di Kabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar